VIRUS
Kata virus berasal
dari bahasa Latin vīrus yang
berarti racun dan cairan berbahaya lainnya, yang lebih jauh berasal
dari rumpun bahasa
Indo-Eropa lain seperti bahasa Sanskerta viṣa, bahasa Avesta vīša,
dan bahasa Yunani Kuno ἰός yang
semuanya berarti racun. Kata sifat virulen dari bahasa
Latin virulentus yang artinya beracun muncul sekitar tahun
1400. Makna virus sebagai "agen yang mengakibatkan penyakit
infeksi" pertama kali digunakan pada tahun 1728, jauh sebelum
ditemukannya virus itu sendiri oleh Dmitri Ivanovsky pada tahun 1892.
Sementara itu, kata sifat viral yang berarti "dari sifat virus atau
disebabkan oleh virus" baru muncul pada tahun 1944. Istilah virion yang
tercatat sejak 1959 juga digunakan untuk merujuk pada partikel virus tunggal
yang keluar dari sel dan mampu menginfeksi sel lainnya yang sejenis.
· Virus telah menginfeksi sejak zaman sebelum Masehi, hal tersebut
terbukti dengan adanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai
infeksi virus dalam hieroglif di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400 SM) yang menunjukkan adanya penyakit poliomyelitis. Selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang
virus smallpox.
· Pada zaman sebelum Masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah
virus smallpox yang menyerang masyarakat Tiongkok pada tahun
1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798, Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap
virus pox. Hal tersebut diduga karena virus pox yang terdapat
pada sapi, melindungi manusia dari pox. Penemuan tersebut yang
dipahami kemudian merupakan pelopor penggunaan vaksin.
Apa itu coronavirus?
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan
sejumlah penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang lebih
parah, seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus merupakan virus zoonosis, artinya virus ini menyebar
dari hewan ke manusia. Virus corona pada manusia pertama kali ditemukan pada
tahun 1960 dalam hidung pasien yang terkena flu biasa (common cold). Sebagian
besar coronavirus adalah virus yang tidak berbahaya. Virus ini diberi nama
berdasarkan struktur mirip mahkota di permukaannya. “Corona” dalam bahasa Latin
berarti “halo” atau “mahkota”.
Dua coronavirus pada manusia, yaitu OC43 dan 229E,
adalah virus yang bertanggung jawab atas terjadinya flu biasa. Sementara
penyakit SARS, MERS, dan COVID-19
yang menjadi pandemi saat ini disebabkan oleh tipe coronavirus lain. Investigasi
menunjukkan bahwa virus corona penyebab SARS (SARS-CoV) ditularkan dari musang
ke manusia. Pada wabah MERS, hewan yang menyebarkan coronavirus MERS-CoV ke
manusia adalah unta dromedaris. Sementara itu, coronavirus yang menyebabkan
COVID-19 (SARS-CoV-2) diduga kuat berasal
dari trenggiling. Namun sampai sekarang investigasi asal mula
penularan virus ke manusia ini masih terus diselidiki oleh WHO.
Penyebaran coronavirus sama seperti virus yang
penyebab flu lainnya, yakni melalui droplet yang keluar ketika batuk, bersin,
atau berbicara. Virus ini juga dapat menular apabila Anda menyentuh barang yang
terkontaminasi, lalu menyentuh hidung, mata, dan mulut tanpa mencuci tangan.
Perbedaan coronavirus dengan COVID-19
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
coronavirus adalah sekelompok besar virus termasuk SARS-Cov-2 yang menyebabkan
COVID-19. Perlu diketahui bahwa ada proses dan tujuan yang berbeda untuk
penamaan virus dan penyakit. Virus diberi nama berdasarkan struktur genetiknya
untuk membantu pengembangan tes diagnostik, vaksin, dan obat-obatan. Ahli
virologi dan organisasi ilmiah besar melakukan tugas-tugas tersebut. Pemberian
nama virus dilakukan oleh International Committee on Taxonomy of Viruses
(ICTV).
Sementara penyakit diberi nama untuk memungkinkan para
ilmuwan melakukan pengamatan tentang pencegahan penyakit, penyebaran,
penularan, keparahan dan pengobatan. Pemberian nama penyakit secara resmi
dilakukan oleh WHO dalam International Classification of Diseases (ICD).
Jenis-jenis coronavirus
Coronavirus
memiliki banyak jenis. Nama virus biasanya dibedakan berdasarkan tingkat
keparahan penyakit yang disebabkan dan seberapa jauh penyebarannya.
Hampir
semua orang pernah terinfeksi virus corona setidaknya sekali seumur hidupnya,
biasanya terjadi saat anak-anak. Meskipun umumnya muncul pada musim gugur dan
dingin, coronavirus juga bisa muncul di Indonesia yang beriklim tropis.
Sejauh
ini ada enam jenis virus corona yang diketahui menginfeksi manusia. Empat di
antaranya adalah:
- 229E
- NL63
- 0C43
- HKU1
Dua
jenis sisanya adalah coronavirus yang lebih langka, yakni MERS-CoV penyebab
penyakit MERS dan SARS-CoV penyebab SARS. Pada awal Januari 2020, pemerintah
Tiongkok melaporkan kasus infeksi coronavirus jenis baru yang menyebabkan
gejala mirip pneumonia. Virus tersebut tidak memiliki kesamaan dengan tipe
coronavirus mana pun. Virus tersebut mulanya dikenal sebagai novel
coronavirus 2019 (2019-nCoV). Setelah melewati berbagai pengamatan dan penelitian,
2019-nCoV secara resmi berganti nama menjadi SARS-CoV-2.
SARS-CoV-2
penyebab COVID-19 dicurigai menular dari hewan kelelawar dan ular ke manusia.
Akan tetapi, pada akhir Januari, virus ini juga telah dikonfirmasi menular dari
manusia ke manusia. Orang yang terinfeksi virus ini akan menunjukkan gejala
yang berbeda-beda. Gejala infeksi coronavirus biasanya bergantung dari jenis
virus dan seberapa serius infeksinya. Jika Anda mengalami infeksi pernapasan
atas yang ringan hingga sedang, seperti flu biasa, gejala Anda terkena
coronavirus adalah:
Jenis virus corona lain bisa menyebabkan gejala
yang lebih serius. Infeksi ini dapat mengarah ke bronkitis dan pneumonia, terutama pada orang-orang
dari kelompok berisiko. Beberapa infeksi yang lebih parah akibat coronavirus
adalah yang umumnya lebih sering terjadi pada pengidap gangguan hati dan
jantung, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, bayi, dan orang
tua. Beberapa jenis coronavirus
adalah penyebab penyakit infeksi virus yang serius. Berbagai penyakit yang
mungkin bisa disebabkan oleh coronavirus adalah sebagai berikut.
MERS
Sekitar
858 orang meninggal dunia karena MERS,
yang pertama kali muncul pada 2012 di Arab Saudi dan di negara lain di Timur
Tengah, Afrika, Asia, dan Eropa.
Pada
April 2014, orang Amerika pertama mendapat perawatan khusus di rumah sakit
karena MERS di Indiana dan kasus lain dilaporkan juga terjadi di Florida.
Keduanya diketahui baru kembali dari Arab Saudi. Pada Mei 2015, kejadian luar
biasa MERS terjadi di Korea, yang merupakan kejadian luar biasa terbesar di
luar Arab. Gejala MERS akibat coronavirus adalah demam, kesulitan bernapas, dan batuk. Penyakit menyebar melalui kontak dekat dengan orang yang telah
terinfeksi. Namun, semua kasus MERS berkaitan dengan orang yang baru kembali
dari perjalanan ke Semenanjung Arab. MERS berakibat fatal pada 30-40%
pengidapnya.
SARS
Severe
Acute Respiratory Syndrome
(SARS) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV. Penyakit ini biasanya mengakibatkan pneumonia yang
mengancam jiwa. Virus itu awalnya muncul di Provinsi Guangdong di Tiongkok
Selatan pada November 2002, hingga akhirnya tiba di Hong Kong. SARS-CoV kemudian mulai menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan
menginfeksi orang di 37 negara. Pada 2003, sebanyak 774 orang meninggal dunia
karena kejadian luar biasa SARS. Pada tahun 2015, tidak ada laporan lebih
lanjut tentang kasus SARS.
Gejala
penyakit SARS berkembang dalam waktu seminggu dan diawali dengan demam. Sama
seperti flu, gejala yang dirasakan orang dengan penyakit SARS akibat
coronavirus adalah:
- Batuk kering
- Panas dingin
- Diare
- Sesak napas
Pneumonia,
infeksi paru-paru parah, mungkin akan berkembang setelahnya. Pada tahap lanjut,
SARS menyebabkan kegagalan pada paru-paru, hati, atau jantung.
COVID-19 (Coronavirus disease
2019)
Pada
akhir Desember 2019, World Health Organization (WHO) mengumumkan kasus
pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Tiongkok. Pada 7 Januari, novel coronavirus diidentifikasi sebagai
penyebab kasus tersebut. Virus yang saat itu dikenal sebagai 2019-nCoV ini
belum pernah ditemukan sebelumnya pada manusia. Penelitian dalam Journal
of Medical Virology menyebut bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi virus corona baru
ini terpapar daging hewan liar yang dijual di pasar makanan laut Huanan. Pasar
Huanan juga menjual hewan liar seperti kelelawar, ular, dan trenggiling.
Menurut penelitian tersebut, virus penyebab COVID-19 berasal dari ular. Hal ini
turut menjadi bukti bahwa konsumsi hewan liar bisa meningkatkan risiko
penularan penyakit baru. WHO sendiri telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Meski begitu,
Wuhan, kota pertama wabah penyakit ini, tidak lagi mencatat kasus baru per 19
Maret 2020. Hal ini kontras dengan belahan dunia lain yang justru terus
mencatatkan kenaikan kasus.
Bagaimana penyebaran coronavirus?
Seperti
yang telah disebutkan, coronavirus adalah virus zoonosis. Artinya, virus ini
menular dari hewan ke manusia. Penularan antar-manusia juga bisa terjadi walau
belum diteliti secara khusus. Seiring perkembangannya, virus ini dapat menular
melalui beberapa cara. Virus MERS-CoV penyebab penyakit MERS dapat menular
melalui dua cara. Pertama, dari hewan ke manusia.
Dalam
hal ini, unta dipercaya sebagai sumber utama virus. Penyakit SARS diketahui
berasal dari kelelawar dan musang. Penularan virus terjadi melalui droplet
(percikan air liur), udara atau cairan yang keluar dari sistem pernapasan
melalui kontak dekat. Ada pula kemungkinan droplet virus corona penyebab SARS
bertahan di udara dan menular melalui perantara ini. Namun, penularan melalui
udara lebih umum terjadi di lingkungan rumah sakit. Serupa dengan SARS,
COVID-19 awalnya diketahui bersumber dari hewan ular. Mereka yang awalnya
terjangkit virus ini diketahui telah memakan hewan liar di Pasar Huanan
Meski
begitu, seiring perkembangannya, para ahli meyakini bahwa COVID-19 menular dari
orang ke orang melalui droplet dan udara. Itu sebabnya, virus ini juga disebut
sebagai virus SARS tipe 2 (SARS-CoV-2).
Secara
umum, penularan coronavirus terjadi melalui berbagai cara berikut ini.
- Melalui udara (virus keluar dari
mereka yang batuk dan bersin tanpa menutup mulut).
- Sentuhan atau jabat tangan dengan
pasien positif.
- Menyentuh permukaan benda yang
terdapat virus kemudian menyentuh wajah (hidung, mata, dan mulut) tanpa
mencuci tangan.
Diagnosis penyakit akibat coronavirus
Berikut
adalah beberapa cara untuk mendiagnosis coronavirus yang dilakukan oleh dokter
untuk mencari informasi tentang virus corona yang mungkin menjangkiti Anda.
·
Melihat riwayat kesehatan Anda, termasuk
gejala yang Anda rasakan.
·
Melakukan pemeriksaan fisik.
·
Melakukan tes darah.
- Melakukan tes laboratorium terhadap
dahak, sampel dari tenggorokan melalui tes usap atau PCR, atau spesimen
pernapasan lainnya.
Jika Anda mengalami gejala yang telah
disebutkan, Anda perlu memberi tahu dokter soal lokasi yang baru Anda kunjungi
atau kontak dengan hewan. Sebagian besar infeksi MERS-CoV ditemukan berasal
dari Semenanjung Arab. Sementara itu, untuk SARS-CoV umumnya berasal dari
daerah Tiongkok. Penting pula untuk memberi tahu dokter apabila Anda baru saja
dari daerah wabah atau tempat-tempat umum yang dicurigai terinfeksi virus ini. Kontak
dengan hewan-hewan pembawa virus ini, seperti unta dan ular, atau menggunakan
produk berbahan unta juga penting untuk disampaikan demi membantu diagnosis
penyakit akibat coronavirus.
Bagaimana mengobati penyakit akibat coronavirus?
Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk penyakit yang disebabkan
oleh virus corona pada manusia, begitu juga dengan COVID-19 yang kini tengah
mewabah. Sebagian besar penyakit akibat virus termasuk COVID-19 adalah
self-limiting disease. Artinya, penyakit tersebut bisa sembuh dengan
sendirinya. Walau demikian, ada hal-hal yang dapat meredakan gejala penyakit
akibat coronavirus, antara lain:
- Minum obat flu, obat
pereda nyeri, dan pereda demam yang disarankan seperti paracetamol.
- Gunakan
pelembap ruangan atau mandi dengan air panas untuk melegakan sakit
tenggorokan dan batuk.
- Jika
Anda mengalami sakit ringan, Anda perlu banyak menambah asupan cairan melalui
air putih dan makanan berkuah dan bernutrisi.
- Memperbanyak
istirahat.
- Mengonsumsi
vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, kombinasikan dengan
beberapa vitamin dan mineral seperti vitamin A, E, D, serta B kompleks.
Pencegahan penularan coronavirus
Untuk mencegah infeksi virus ini, Anda dapat menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Anda dapat mengonsumsi makanan bergizi untuk
mempertahankan sistem imun Anda. Pasalnya, penyakit akibat virus umumnya dapat
dicegah dengan ketahanan tubuh yang baik. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan,
antara lain.
- Cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik.
- Menggunakan
masker saat berpergian ke luar rumah atau saat
berinteraksi dengan orang lain.
- Menjaga
jarak minimal 2 meter dengan orang lain.
- Hindari
menyentuh wajah (hidung, mulut, dan mata) dengan tangan yang kotor.
- Hindari
kontak dekat dengan orang yang sakit atau bergejala.
- Hindari
daerah di mana infeksi/wabah terjadi.
- Bersihkan
barang yang sering Anda sentuh.
- Tutupi
mulut Anda saat batuk dan bersin dengan tisu dan segera cuci tangan.
- Menjalani
vaksinasi flu atau vaksinasi Covid-19.
- Melakukan karantina mandiri (berdiam diri) di
rumah jika sakit.
Seluruh dunia saat ini juga sedang menerapkan physical distancing untuk pandemi COVID-19 dengan membatasi aktivitas di luar
rumah serta kontak dengan orang lain. Ini adalah cara yang efektif untuk
mengurangi risiko penularan dan meratakan kurva pandemi COVID-19.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PADA VIRUS
1.Virus Yang Menguntungkan
bagi mahluk hidup
virus yang
menguntungkan
DNA sebagai pembawa materi genetik dapat
mengubah sifat makhluk hidup. Dalam siklus lisogenik, penggabungan DNA bakteri
dan DNA virus menjadikan DNA bakteri mengandung DNA virus. Pada saat DNA virus
aktif dan DNA bakteri hancur, sebagian DNA bakteri tidak hancur sehingga
sebagian DNA virus tetap membawa gen bakteri. Jika di dalam DNA virus
terkandung DNA bakteri A dan DNA virus tersebut menginfeksi bakteri B, di dalam
bakteri B mengandung DNA virus dan DNA bakteri A. Dengan demikian, sebagian
sifat bakteri A dapat dimiliki oleh bakteri B.
Berdasarkan teori di atas, virus dapat berperan dalam
berbagai hal seperti.
a. Memproduksi Vaksin
Vaksin merupakan patogen yang telah dilemahkan sehingga tidak berbahaya jika
menyerang manusia. Ada beberapa virus yang dimanfaatkan untuk memproduksi
vaksin. Jika telah diberi vaksin, tubuh manusia akan dapat memproduksi antibodi
sehingga jika sewaktu-waktu terserang patogen yang sebenarnya, tubuh manusia
tersebut telah kebal karena di dalam tubuhnya telah diproduksi antibodi patogen
tersebut.
b. Membuat Antitoksin
Antitoksin dapat dibuat
dengan menggabungkan DNA virus dan gen yang mempunyai sifat menguntungkan
sehingga jika virus menginfeksi bakteri, di dalam sel bakteri tersebut
terkandung gen yang menguntungkan. Gen manusia adalah gen yang menguntungkan
yang dapat mengendalikan produksi antitoksin. Jika oleh DNA virus, DNA manusia
disambungkan dengan DNA bakteri, sel bakteri tersebut akan mengandung gen
manusia penghasil antitoksin. Jadi, yang mulanya gen bakteri tidak mengandung
antitoksin manusia, sekarang mampu memproduksi antitoksin manusia.
Walau virus itu banyak yang
merugikan, namun ada juga peranan virus dalam kehidupan sehari-hari yang
menguntungkan . Merugikan juga ada disini. Mari kita bahas :
Peran virus yang menguntungkan :
a. Virus yang menguntungkan, berfungsi untuk:
1. Membuat antitoksin
2. Melemahkan bakteri
3. Memproduksi vaksin
4. Menyerang patogen
penyakit-penyakit yang disebabkan virus
antara lain :
1. Pada Tumbuh-tumbuhan, Mozaik pada daun tembakau Tobacco Mozaic Virus Mozaik pada kentang Potato Mozaic Virus
2. Mozaik pada tomat, Tomato Aucuba Mozaic Virus, Kerusakan floem pada
jeruk Citrus Vein Phloem Degeneration
3.Pada Hewan, Tetelo pada Unggas New Castle Disease Virus, Cacar pada
sapi Vicinia Virus, Lidah biru pada biri-biri Orbivirus, Tumor kelenjar susu
monyet Monkey Mammary Tumor Virus
4. Pada Manusia, Influensa Influenzavirus, AIDS Retrovirus, SARS
Coronavirus
Flu burung Avianvirus